Oleh : Puja Silvia

Mahasiswi FH Universitas Bangka Belitung

 

(Opini okeyboz.com, 24 Februari 2021). Di akhir 2019, dunia dikejutkan dengan adanya suatu wabah atau virus yang sangat mematikan. Wabah tersebut bernama virus corona atau yang lebih dikenal dengan sebutan Covid-19. Virus ini diketahui muncul pertama kali di Wuhan,China. Kemudian wabah ini, secara signifikan menular antar manusia hingga menyebar ke seluruh negara yang ada dibelahan dunia, termasuk negara Indonesia.

Dengan adanya wabah ini, segala aspek kehidupan 90 derajat berubah dari tahun sebelumnya. Mulai dari sektor industri, perkantoran, umkm yang menyebabkan lemahnya ekonomi yang dibuktikan dengan banyaknya karyawan yang di PHK oleh perusahaan, dan tidak terkecuali pada dunia pendidikan yang ikut terkena dampaknya.

Tercatat bahwa, kian hari semakin bertambah orang yang terpapar covid-19. Oleh karena itu pihak pemerintah terus melakukan yang terbaik untuk menekan bertambahnya virus covid-19. Seperti memberlakukan lockdown, menetapkan kebijakan PSBB (Pembatas Sosial Berskala Besar). Setelah itu, tepat pada tanggal 1 Juni 2020, pemerintah memberlakukan new normal. New normal itu sendiri merupakan perubahan perilaku atau kebiasaan untuk tetap menjalankan aktivitas atau rutinitas seperti biasa, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Seperti menggunakan masker, berpergian seperlunya, selalu mencuci tangan, dan tetap menjaga jarak.

            Di bidang pendidikan, semua sekolah ditutup sehingga kegiatan belajar mengajar yang semulanya tatap muka sekarang berubah menjadi daring (online) di rumah masing-masing. Pembelajaran yang seperti ini sebenarnya kurang efektif, terutama untuk pelajar yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Para siswa tidak dapat menerima materi pelajaran secara langsung dari guru, Guru lebih banyak memberikan tugas tanpa adanya penjelasan yang jelas, para siswa hanya diberikan link video untuk materi tanpa adanya sesi tanya-jawab. Sehingga siswa merasa tidak tertarik untuk belajar yang mengakibatkan siswa tidak paham tentang materi yang telah diberikan. Ketidaktertarikan siswa terhadap materi dengan pembelajaran daring ini, membuat siswa lebih asik dengan aktivitas dilingkungannya. Seperti bermain dengan teman sebayanya, menonton televisi ataupun bermain game.

            Disisi lain, guru terus berusaha untuk memberikan yang terbaik terhadap para siswa agar dapat memberikan materi secara langsung dengan kondisi seperti sekarang ini, yaitu dengan menggunakan video conference (zoom, google meet, dan jitsi). Tetapi ironis nya, masih banyak siswa yang tidak menghargai ataupun mengabaikan usaha guru. Contohnya, mematikan kamera (off cam) saat pembelajaran.

Pembelajaran daring mempunyai kelemahan, seperti gangguan sinyal terutama pada siswa yang tinggal di daerah pedalaman atau pelosok. Hal ini menjadi penghambat pembelajaran karena seperti yang kita ketahui akses internet di daerah tersebut  cukup minim. Selanjutnya, banyak siswa yang tidak mempunyai handphone ataupun kuota internet dikarenakan keterbatasan ekonomi orang tuanya. Solusinya, siswa harus berusaha sendiri untuk meminjamkan handphone ataupun dengan meminta wifi / hotspot kepada temannya, dan juga pihak pemerintah harus memberikan bantuan kuota internet kepada para siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.

 

            Oleh karena itu, dalam menyikapi masalah tersebut semua elemen harus berperan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Dan tentunya diperlukan faktor pendukung agar siswa dapat disiplin belajar yaitu orang tua. Orang tua memiliki peranan penting dalam hal ini. Orang tua harus memiliki pola asuh yang tepat dengan bersikap tegas dalam mendidik, menanamkan sikap disiplin, serta memotivasi siswa agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang siswa yaitu belajar dan mengerjakan tugas dalam kondisi dan situasi apapun.